Selasa, 09 Desember 2008


Tukang Ojeg Yang Baik

Sebutlah namanya bang Nawi, begitu setiap saya memanggil beliau. setiap hari pekerjaannya mengantar penumpang dengan motor Honda supra x nya. sudah menjadi kebiasaannya untuk mengawali pekerjaannya dipagi hari mengantar anak perempuannya yang masih duduk dibangku sekolah dasar (SDN Cihuni I, Serpong Tangerang). Bang Nawi biasa mangkal ojegnya di pertigaan Lampu Merah RS Islam Ass-Shobirin, Serpong Tangerang. Beliau sering bercerita kepada saya yang memang waktu itu saya sudah menjadi langganan penumpangnya mengantarkan saya pulang kerumah. Entah kenapa saya menjadi penasaran untuk terus bertanya dan bertanya. Ketika saya bertanya :”berapa penghasilan bang Nawi dari hasil mengojeg?, ia menjawab :” kadang-kadang ga pasti Pak, tetapi saya ikhlas menjalani pekerjaan ini karena sudah tidak ada pilihan lain, kalo ga gitu nanti anak isteri saya tidak makan. Saya mikirnya ibadah mengantarkan orang ke tempat tujuannya. Soal penghasilan seperti saya, ya tidak seberapa Pak. Pernah saya waktu mengantarkan penumpang, tiba-tiba motor saya di serempet mobil dari samping, untungnya penumpang saya tidak kenapa-kenapa?. Akhirnya penumpang saya suruh naik ojeg yang lain aja. Waktu mobil nyerempet motor saya memang ia turun dan minta maaf, tapi ia bilang ke saya lagi buru-buru dan bisa ngasih KTP aja ke saya, tau benar tau engga, masalahnya ia seperti ketakutan dan besok siang ia bakalan balik lagi untuk mengganti biaya motor saya yang rusak diserempetnya, ia tanya kesaya, Bapak biasa mangkal dimana? Nanti besok siang saya ke tempat bapak lagi, saya hanya menjawab bahwasanya saya biasa mangkal di pertigaan RSI Ass-Shobirin, Bapak itu menjawab ia ngantor di sekitar BSD City. Akhirnya saya percaya dan memang ia ngasih saya KTP, satu hari, dua hari, tiga hari saya tungguin ko tidak datang-datang, ya sudah akhirnya saya mencari alamat rumah yang ada di KTPnya, waktu saya datang ke rumahnya seolah-olah keluarga mereka sangat ketakutan karena dikirain saya mau meras mereka, tetapi saya datang dengan baik-baik dan menceritakan kejadian sesuai dengan semestinya. Ujung-ujungnya saya hanya dikasih uang sebesar Rp. 50.000 buat ganti spare part saya yang rusak, yang seharusnya harga spare part itu harganya Rp.200.000 maka saya harus nombok. Tetapi saya kadang-kadang heran lo Pak dengan si Bapak yang nyerempet saya tadi, padahal ia berdasi, kerja dikantoran, makan saja mungkin lebih dari harga yang ia kasih ke saya, dikira saya ini bodoh, bisa diakalin, tetapi saya ikhlas jalanin ini semua. Mungkin hidup saya seperti ini, jadi bahan permainan orang-orang berdasi, atau pejabat yang tidak memiliki hati nurani, mudah-mudahan Allah swt membalas kebaikannya untuk mengganti biaya yang diserempetnya.”

Sejenak saya merenung kepada tukang ojeg ini, beliau ko ikhlas benar menjalani hidup ini, hanya bermodalkan keikhlasan ia rela menjalani pahit getirnya kehidupan dunia yang banyak problemnya. Akhirnya saya berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan keluarganya, kehidupan bang Nawi memang sangat sederhana, ia memiliki dua orang anak yang masih sekolah, bang Nawi tidak memikirkan yang lain kecuali anaknya bisa sekolah yang tinggi agar tidak seperti dirinya yang lulusan SD saja tidak selesai. Disini saya bisa menilai dan melihat kejernihan saat ia mempunyai tujuan yang besar utnuk mensukseskan anak-anaknya dari rezeki yang halal, ia punya semangat keikhlasan karena menurutnya cita-cita yang besar dan mulia hanya bisa dicapai dengan cara-cara yang besar dan mulia juga. Subhanallah, saya sangat kagum dengan keadaan orang-orang lemah yang mungkin menurut kita ia kelihatannya lemah dan hina, padahal diri kita yang hina karena terbiasa menghinakan orang lain, mengecilkan dan meremehkan orang lain dan akhirnya kitalah yang sebenarnya lemah dan hina.]