Sabtu, 06 September 2008

Bujangan Pusing Kawin Bingung (BPKB)

Istilah BPKB sebenarnya bukan istilah yang dipakai untuk Buku Pemilik Kendaraan Bermotor tetapi BPKB yang saya maksud adalah Bujangan Pusing Kawin Bingung, istilah BPKB tersebut pernah saya alami ketika saya masih bujangan, kekawatiran banyak menyelimuti dalam diri seperti masalah biaya pernikahan, masalah kriteria pasangan hidup, masalah-masalah tersebut terakumulasi menjadi satu dan terbentuk didalam pikiran sehingga takut atau trauma untuk menikah, belum lagi kalau orang tersebut memiliki latar belakang dalam keluarga orang tuanya yang bercerai atau melihat contoh keluarga saudaranya ada yang kurang harmonis ”sering berantem” maka menambah daftar catatan dibuku ”BPKB” kita untuk takut menikah, sebenarnya kalau kita kaji secara dalam masalah pernikahan tentunya bisa sangat rumit dan bahkan bisa juga sangat sederhana, apalagi islam memberikan kemudahan-kemudahan disamping kesulitan-kesulitannya, misalnya masalah biaya pernikahan dizaman sekarang yang sangat mahal sebenarnya tidak dicontohkan dalam ajaran Rasul saw, Rasul saw mengajarkan prinsip kesederhanaan dalam hidup maka kenapa kita mesti ingin kelihatan ”wah” dimata orang lain, kenapa kita tidak bisa seperti apa adanya diri kita dengan segala keterbatasan dan kekurangan, kesederhanaan tidaklah hidup serba irit atau dibatasi,kesederhanaan itu sesuai proporsinya dan sifatnya kondisional artinya disesuaikan dengan kebutuhan diri kita, jadi kenapa kita harus pusing-pusing memikirkan yang tidak ada sedangkan yang ada saja tidak kita fungsikan sesuai dengan adanya.

Masalah menikah tau tidak sebenarnya urusan kita tetap berjalan terus, kebutuhan hidup kita pun berjalan terus, mau menikah atau tidak menikah sekalipun tetap harus mencari nafkah untuk menopang kehidupan. Lantas kalau kita tidak menikah semua urusan akan selesai padahal setiap manusia memiliki urusan dan problem hidup masing-masing. Ada juga alasan yang tidak mau menikah karena begitu beratnya tanggung jawab berkeluarga sehingga ia tidak mau kelak ditanya diakhirat berbelit-belit, seperti perkataan Imam Al-Ghazali bahwa yang paling berat adalah amanat sehingga saking beratnya amanat maka ia tidak mau menikah atau berkeluarga. Sesuci-sucinya orang atau bahkan para sufi yang tidak mau menikah karena khawatir tidak bisa beribadah kepada Allah swt dengan sempurna padahal ibadah yang paling sempurna adalah ibadahnya Rasul saw dan Rasul saw pun menikah, berdagang, bermasyarakat dan melakukan aktivitas seperti layaknya manusia pada umumnya maka Rasul dijadikan ”uswatun hasanah” suri tauladan yang baik buat umatnya.

Ada juga alasan yang katanya khawatir tentang kurangnya ilmu dalam berkeluarga padahal kewajiban manusia itu adalah menuntut ilmu (thalabul ’ilmu) karena Allah swt menganjurkan agar terus mencari ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat.

Jadi intinya adalah mau bujangan terus pun kita akan tetap pusing dengan banyak masalah dan kawin pun kita juga akan tetap bingung dengan banyaknya problem-problem kehidupan berumah tangga, jadi terserah anda karena hidup memang pilihan-pilihan.