Minggu, 12 April 2009

Belajar Kepada Anak
Mungkin Anda teringat, apa cita-cita Anda waktu masih kecil? Pada kebanyakan anak kecil termasuk saya, mempunyai cita- cita selalui diawali dengan "menjadi". Sebagai contoh cita- cita saya waktu masih kecil ialah "Saya ingin jadi INSINYUR". Coba ingat-ingat (kalau sudah lupa) cita-cita sewaktu masih kecil, ingin menjadi apa? Coba sekarang kita gali, apa yang menjadi alasan anak kecil mempunyai cita-cita. Jika saya dulu terinspirasi oleh boss ayah saya waktu itu yang seorang insinyur. Seorang insinyur yang mempunyai perusahaan sendiri dan tentu saja kaya. Ayah saya sering cerita tentang boss beliau kepada saya dan sodara saya. Disanalah saya mulai tertarik untuk menjadi insinyur.

Kebanyakan yang saya lihat alasan anak-anak memilih cita- cita karena sebuah "visi" pada diri mereka bahwa jika menjadi seseorang maka hidupnya akan enak, banyak uang, terkenal, dan dikagumi. Bahkan secara mengejutkan ada yang bercita-cita karena sudah mempunyai misi untuk membantu sesama. Contohnya ingin menjadi dokter karena ingin menolong orang yang sakit, ingin menjadi pemadam kebarakan supaya bisa menolong orang lain.

Banyak cita-cita yang sangat mulia yang keluar dari mulut dari seorang anak kecil. Suatu hal yang baik yang dilakukan oleh anak kecil mereka berani menyatakan visi dan misi mereka kepada orang lain. Keberanian ini sering hilang saat kita sudah dewasa. Banyak orang yang tidak lagi mempunyai keberanian untuk mengungkap visi dan misi setelah dewasa. Berbagai alasan muncul setelah dewasa. Salah satu alasan terbanyak menurut obsevasi saya ialah takut kecewa, apa bila visi dan misinya tidak tercapai.

Suatu paradigma yang salah, jika kita kecewa terhadap suatu kegagalan. Banyak pahlawan yang sebenarnya gagal dalam berjuang, tetapi mereka tetap dikenang, bukan karena hasil perjuangannya, tetapi karena usahanya dalam memperjuangkan bangsa ini. Jika Anda mempunyai misi mulia, jangan takut untuk gagal, bukan hasil yang akan dinilai, tetapi usaha Anda untuk mencapainya.

Belajarlah kepada anak kecil untuk tetap ceria dan semangat berkat cita-citanya. Kita sebagai orang dewasa tentu akan berbeda cara pandang terhadap kenyataan karena wawasan dan pengalaman kita yang berbeda. Salah satunya paradigma anak kecil yang perlu kita perbaiki ialah, tidak selamanya sukses itu jika berhasil "menjadi apa", sukses bisa berarti mendapatkan apa" atau sukses adalah "sudah memberikan apa". Kita juga bisa meneruskan cita-cita kita semasa kecil. Jika Anda ingin menjadi dokter karena ingin menolong orang, mungkin saat ini Anda bukan seorang dokter, tetapi misi dibalik cita-cita itu masih bisa diteruskan.

Menolong orang bukan hanya monopoli dokter, apapun peran dan tanggung jawab Anda saat ini, masih mempunyai peluang besar untuk menolong orang. Selama Allah belum memanggil kita.