Selasa, 17 Juni 2008


Qurrat al-’Ain

Perempuan sufi dan penyair agung penerus generasi Rabi’ah al-Adawiyah ternyata cukup banyak sekali. Selain beliau. Adapula Rabi’ah binti Ismail, adapula sidqi, putri dari khamr muhammad, Zainab putri Abul Qasim Abdurahman bin Asyari, Fatimah binti Tajudin dan masih banyak ribuan yang lainnya termasuk kondisi zaman sekarang masih banyak ditemukan tokoh perempuan sufi meskipun diperkotaan, ada tokoh sufi perempuan yang terkenal dengan sebutan Qurratul ’Ain, seorag guru dan sufi besar serta seniman yang mengajar di Babilonia, wafat tahun 1852. ia adalah putri dari Haji Mullah Shalih, yang terkenal dengan si bijak dari Qazrin, sekaligus seorang dokter yang masyhur.

Puisi-puisinya sangat terkenal sebagai gambaran dari penerus Rabiah dan Al-Hallaj. Quratul’Ain pernah tinggal beberapa lama di karbala, ia memberikan ceramah kepada murid-murid sayyid khazim dari balik tirai. Sebab Quratul ’Ain memang sangat cantik dan jelita. Dikhawatirkan pesona kecantikannya mengundang nafsu para pendengarnya.

Pandangan-pandangan sufistiknya yang kontroversial menurut khalayak kala itu, akhirnya juga harus berhadapan dengan kekuasaan. Pada masa pemberontakan Mazandaran tahun 1849, ia berhadapan dengan kekuasaan pemerintah dan dikirim ke Teheran. Iran.disana ia ditahan hingga maut menjemputnya, penerus makhmud khan, dengan loyalitas tinggi datang padanya berusaha menyelamatkannya. Ia memohon pada sang guru agar mengubah pandangannya, tetapi Quratul ’Ain menolaknya mentah-mentah, bahkan mengatakan:
”janganlah berharap aku akan mengingkari keyakinanku, meskipun dari segi lahiriah, sebab hal itu sperti kekakanak-kanakan dan sia-sia. Tidak! Andaikan aku ditanya, aku hanya berbahagia bahwa hidupku hanya untuk Tuhan. Dengar Makhmud Khan, sekaran aku akan mengatakan padamu, dan esok kematianku merupakan tanda bahwa aku tidak berdusta. Tuhan yang kau tidak akan membalas kepatuhanmu dengan kejam sekali. Sebelum kau mati, berusahalah membangkitkan keyakinan jiwamu menggapai kebenaran.”

Menurut pendapat saya mengenai pandangan kontroversial pendapat para tokoh sufi seperti syech siti djenar misalnya, syech siti jenar dikatakan sesat padahal yang berhak mengatakan sesat atau tidaknya adalah para wali lagi, jadi yang mengetahui wali tidaknya adalah para wali lagi. Sedangkan orang awam seperti kita hanyalah pemerhati sekaligus pendengar yang baik yang bisa menemukan literatur lewat pustaka keislaman, soal keyakinan sesorang yang tahu adalah dirinya sendiri, untuk bisa mengetahui siapa diri kita adalah dengan banyak mengkaji siapa diri kita sesungguhnya. Maka keyakinanpun berlapis-lapis dan ada tingkatannya seperti ’ilmul yaqin, ’ainul yaqin dan haqqul yaqin. Setiap ulama sekalipun selalu meningkatkan keyakinannya. Kalau seperti kita hanya baru bisa tahaf ’ilmul yaqin (yakinnya hanya baru sekedar mengetahui saja).

dari berbagai sumber

Label: