Jumat, 17 April 2009
Minggu, 12 April 2009
Kita bisa menjadi manusia unggul. Namun kita akan unggul hanya dalam satu atau beberapa aspek saja, tidak mungkin kita unggul disegala bidang. Semakin tinggi gelar akademik, ilmu yang dimilikinya akan semakin dalam, lebih terspesialisasi, bukan semakin luas. Dia mungkin memiliki wawasan yang luas, tetapi yang diketahui secara mendalam hanya pada satu atau beberapa bidang saja. Kedalaman ilmu kita akan terpusat pada keunikan kita, atau ekspresi kejeniusan unik kita, tidak akan pada semua aspek atau bidang ilmu.
Oleh karena itu, sudah merupakan hal yang wajar bagi kita memerlukan bantuan orang lain. Tidak mungkin kita akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kita tidak mungkin memenuhi kebutuhan kita mulai dari fisiologis sampai psikologis oleh usaha kita sendiri. Untuk meraih keunggulan lebih tinggi kita memerlukan bantuan orang lain. Dalam dunia bisnis kita sering mendengar apa yang disebut dengan networking. Untuk saat ini networking begitu penting untuk keberhasilan kita, apapun profesi kita baik seorang karyawan, pengusaha, maupun seorang profesional, networking sangat diperlukan.
Mungkin ini salah satu hikmah dari hadits Rasulullah SAW bahwa dengan silaturahmi akan memperluas rezeki. Anas ra. berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda, "Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, kekuatan kita sebagai umat Islam akan lebih bertambah jika kita terus menjalin ukhuwah dengan cara meningkatkan silaturahmi kita terus menerus. Hanya dengan persatuanlah kita akan kuat. Shalahudin Al Ayubi pernah mengatakan bahwa orang-orang yang membela kemungkaran bisa saja bersatu, kenapa kita umat Islam tidak mau bersatu? Padahal silaturahmi begitu ditekan dengan kuat dalam ajaran agama kita.
Sabtu, 11 April 2009
ini foto makam yang masih dipertahankan warga kampung Cicayur Bubulak disekitar SDN Cihuni II. Kelapa Dua.
ini Jalan Desa Curug Sangereng, yang sedikit lagi tinggal kenangan karena mau di pindah oleh PT Sumarecon dan PT Paramount Serpong.
wassalam,
Bang Udin
Penulis: Hanafi.N. Bauty
sumber : http://my.opera.com/wartajakarta/blog/show.dml/324342
Jumat, 03 April 2009
Nilai Segelas Air
Cerita di Zaman Khalifa Harun Al-Rasyid
Saat itu berkuasa Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad, Irak. Ada seorang ulama faqih dan sholeh yang sangat terkenal pada masa itu, bernama Ali Syaqiq bin Al Azdi. Ketika beliau sedang menunaikan ibadah haji dan singgah di Irak, Khalifah Harun Al-Rasyid memerintahkan pengawalnya untuk mengundang Syaqiq datang ke istananya.
Setibanya Syaqiq di istana, Khalifah Harun Al-Rasyid yang memiliki sifat tawadhu, meminta nasihat kepada beliau. Pada saat itu datang seorang pelayan membawa nampan berisi segelas air. Kemudian Syaqiq mengambil gelas itu dan bertanya kepada Khalifah, jika seandainya Khalifah berada di gurun yang sangat tandus dan sangat memerlukan seteguk air minum, berapa khalifah akan membayar untuk segelas air ini? Khalifah kemudian menjawab akan membayarnya dengan separuh kekayaan kerajaannya. Syaqiq lalu meminum segelas air tersebut.
Syaqiq kemudian bertanya kembali kepada Khalifah, jika seandainya air yang tadi diminum tidak dapat dikeluarkan dari tubuh Khalifah, berapa harga yang akan dikeluarkan Khalifah untuk dapat menyembuhkannya, supaya air tersebut dapat dikeluarkan dari tubuhnya? Khalifah kembali menjawab akan membayarnya dengan separuh kekayaan kerajaannya.
Syaqiq kemudian menjelaskan bahwa harga sebuah kerajaan ternyata sama dengan harga segelas air. Dimana makna yang terkandung didalamnya adalah jangan merasa bangga dan sombong dengan segala kekayaan yang kita miliki. Dan juga jangan saling memperebutkannya dengan menghalalkan segala cara. Karena kekayaan materi di dunia sifatnya hanya sementara saja.
Kisah diatas melukiskan betapa tidak berartinya harga kekayaan materi yang dimiliki manusia di dunia ini. Kita justru sebaiknya memperkaya diri kita tidak hanya dari segi materi saja, namun apa yang ada disekitar kita dapat dijadikan sumber kekayaan yang hakiki, seperti kita memiliki keluarga yang sholeh dan sebagainya. Sehingga apa-apa yang kita lakukan insya Allah akan mendapat berkah dari Allah SWT.